Selasa, 26 Februari 2013

Cara Cepat Membaca dan Menerjemah KITAB GUNDUL Metode Al-Ankabut

SEKALI LAGI BELAJAR BAHSA ARAB ITU MUDAH!!!
Penulis : Abu Syifa, Lc.
Penerbit : Media Hidayah

Karakteristik Metode Al-Ankabut Metode ini mempunyai ciri khas, yaitu:
1. Mudah Metode ini dirancang agar seorang bisa belajar bahasa Arab dengan mudah dan sederhana. Dalam metode ini pelajar tidak dibebani pekerjaan menghafal definisi-definisi atau ta'rifaat tetapi definisi itu akan dihasilkan dari pemahaman pelajar.
2. Menyenangkan Metode ini menerapkan pembelajaran yang santai dan ringan sehingga tidak menjadi beban bagi pelajar.
3. Cepat Metode ini dirancang agar seorang bisa membaca kitab gundul secara cepat dengan asumsi bahwa sebenarnya bahasa Arab itu secara gramatikal sudah baku, tidak ada perubahan dan tidak terpengaruh dengan gramatikal bahasa lain. Jadi, sebenarnya yang harus diajarkan kepada pelajar adalah sederhana dan sudah baku. Oleh karena itu, dalam metode ini, hal-hal yang dirasa jarang digunakan dan jarang muncul dalam membaca kitab gundul tidak diajarkan kepada pemula karena belum perlu dan bisa ditunda penyampaiannya. Yang diajarkan adalah bahasan-bahasan yang penting saja, yang memang diperlukan dalam membaca kitab gundul.
4. Cerdas atau smart . Metode ini menggunakan sistem cerdas dalam memilih materi bagi peserta dan cara pengajaran. Seorang muslim pada dasarnya cerdas sedangkan orang kafir sepandai-pandai mereka adalah bodoh dikarenakan kekafiran mereka pada Rabb mereka.
5. Power of Teaching Metode ini banyak bertumpu pada kekuatan cara pengajaran seorang guru, bukan hanya sekedar pada buku panduan. Buku panduan tidak akan banyak berguna tanpa ada pengajar yang memahami dan berpengalaman dalam metode ini. Belajar dengan guru adalah sunnah salafusshalih. Belajar pada seorang guru bukan hanya mengambil ilmu yang dimiliknya, tetapi belajar juga sistematika dan teknik pengajarannya. Dengan cara tersebut seorang murid bisa mengambil dan menyempurnakan cara pengajarannya.  

Rabu, 03 Maret 2010

Sesat Tanpa Sadar, Terobsesi Amaliah Bidah Hasanah

Penulis : H. Mahrus Ali
Editor : Arif Mustaqim
Penerbit : Laa Tasyuk


KETIKA KHILAFIYAH MENJADI PINTU HIDAYAH
Pro dan Kontra banyak mewarnai penerbitan serial buku Mantan KYAI NU. Karena sebagian orang ada yang tidak setuju, termasuk wartawan majalah NU ''AULA'' yang mewawancarai penerbit HASANAH dimushallah atau langgarnya, sebagian dari mereka beranggapan bahwa masalah khjlafiyah tak lagi relefan untuk diungkit-ungkit pada zaman sekarang ini, sedangkan ulama-ulama zaman dahulu sudah sepakat untuk menyatakan sikap bahwa perbedaan pendapat antara para fuqaha sudah final dan tak perlu dipermasalahkan lagi. Lebih baik kita menerbitkan buku pencerahan untuk ummat, gito Iho! Allahu Akbar, apakah buku ini bukan merupakan pencerahan aqidah ummat?, mereka merasa khawatir jika banyak ummat terpengaruh buku tersebut, sehinga dakwah para kiai bidah tak lagi didengar dan ajaran-ajarannya pun tak laku diummat ini, karena banyak ummat yang telah sadar darj kesesatan yang selama ini mereka sandang, begitu melihat banyaknya kyai-kyai ahli bidah yang telah bertobat dari ajaranl leluhurnya yang sesat tersebut.Jejak langkah pertobatan Mantan KIAI NU, banyak diikutjj oleh orang yang menginginkan selamat didunia dan akhiratj bukan saja dari kalangan awam, namun tokoh NU, semisal Afrahi Abdul Ghoni, Pendiri dan Pengasuh Pondok ''Rahmatullah'', Mantan A wan Syuriah MWC NU-Kediri, Gus Riduwan putra Kyai-Malang, Drs. H. Buchari Mantan aktivis 1965 jabatan terakhirnya Mustasyar MWCNU Hakim Tinggi Pengadilan Agama Serang, Banten. Keturunan Arab Ahmad Bin Thalib Mantan Dukun berbaju Habib, dan masih banyak lagi. Sehingga wajar orang yang mempertahankan ajaran Bid'ah, Syirik dan Kufur kepada Allah mersa keberatan atas terbitnya risalah ini.

Jumat, 31 Juli 2009

Taaruf dulu Baru Menikah

Penulis : Abu Umar Bayier

Penerbit : Fata Media

Taaruf atau Pacaran ??
Menikah tanpa pacaran lebih dulu masih dianggap aneh oleh banyak orang. Pacaran masih dianggap banyak orang sebagai proses pengenalan calon pasangan hidup sebelum menikah. Islam bukannya mengharamkan proses pengenalan calon pasangan hidup sebelum menikah. Islam bahkan mensyariatkan pengenalan calon pasangan hidup sebelum menikah. Akan tetapi, proses pengenalan itu dilakukan melalui proses yang lazim disebut taaruf, bukannya melalui pacaran. Taaruf Dulu Baru Menikah menjabarkan proses pengenalan calon pasangan hidup sebelum pernikahan. Buku ini mengupas pernak-pernik taaruf, kesalahan penerapannya yang masih banyak terjadi, dan kritik atas praktik taaruf yang banyak dilakukan aktivis muslim. Taaruf Dulu Baru Menikah membuat Anda menjadi yakin menjalani proses pengenalan calon pasangan hidup Anda, sehingga saat memasuki pernikahan, Anda dan pasangan Anda pun memasukinya dengan penuh cinta.

Selasa, 28 Juli 2009

Empat Langkah Membaca dan Menerjemah Kitab Gundul

Pengarang: Abu Hilya Salsabiila-pak Normal
Penerbit : Ukhuwatuna

Belajar Bahasa Arab dengan Mudah

Komentar Pembaca:''Buku Empat Langkah Membaca dan Menerjemah Kitab Gundul ini benar-benar menyajikan cara belajar bahasa Arab yang mudah dan sistimatis''. Sugiyarno (Karyawan PT. SHARP SEMICONDUCTOR INDONESIA KARAWANG) ''Buku ini memuat pendekatan rumus. Belajar Bahasa Arab menjadi lebih mudah dan lebih bersemangat, serta dapat menghilangkan kesan bahwa bahasa arab itu sulit''. Ari Priana (Guru di Bekasi) ''Menurut Ana/aku buku ini memaparkan metode yang baru namun sangat cepat membantu dalam proses memahami kaidah bahasa arab".Haroza Andeska (Karyawan SPBU) ''Ana ingin metode pembelajaran ini benar - benar diperluas sehingga teman teman Ana dan kaum muslimin pada umumnya dapat menjadikan bahasa Arab ini sebagai tolak ukur muslim seutuhnya insya Allah''. Andri Sugianto (Karyawan PT. CAKRA KG )

Minggu, 26 Juli 2009

HUKUM LAGU, MUSIK, DAN NASYID

Penulis : Yazid Abdul Qodir Jawaz
Penerbit: Pustaka at-Taqwa

Manusia juga butuh hiburan tetapi...

Lagu dan musik setiap hari diperdengarkan, dimainkan, dan disenandungkan oleh hampir setiap orang. Mulai dari anak-anak (balita) sampai kakek-kakek dari nenek-nenek (para manula). Bukan hanya mereka, para kiyai, ustadz, dan dai pun ada yang ikut andil asyik bernyanyi. Bahkan ada diantara mereka yang berdakwah dengan perantaraan lagu dan musik. Sebenarnya bagaimanakah hukum mendengarkan lagu dan memainkan alat musik itu sendiri? Apakah lantaran para kiyai, ustadz, dan dai ikut melakukannya, maka hal itu menjadi sebuah dalil tentang boleh dan halalnya lagu dan musik? Tulisan ringkas berikut ini memuat dalil-dalil dari AI-Qur-an dan As-Sunnah tentang hukum lagu dan musik menurut syari'at Islam, disertai penjelasan dari para ulama Ahlus Sunnah tentang masalah ini dan dampak negatif dari lagu dan musik itu sendiri. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca sekalian. Selamat membaca dan meraih ilmu yang bermanfaat di dalamnya...

Minggu, 19 Juli 2009

Panduan Praktis Tajwid dan Bidah-bidah Seputar al-Quran

Penulis : al-Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashory

Penerbit: Darul Atsary

Membaca Al-Quran dengan Ejaan yang Baik dan Benar

Al-Quranul Karim sebagai mujizat terbesar bagi kaum muslimin yang merupakan sumber segala ilmu, baik aqidah, fiqih, nahwu, dan penjelas serta pembantah bagi orang yang berbuat durhaka. Bahkan menjadi obat dan rahmat yang tiada tara. Keutamaannya telah Rosululloh shalallahu alaihi wa salam sebut dalam mutiara hadits-haditsnya : Mereka adalah penghuni surga bersama para Malaikat yang taat dan mulia. Satu huruf nilai pahalanya digandakan oleh Allah shalallahu alaihi wa salam melebihi sepuluh bahkan tujuh ratus kali lipat. Satu ayat Al Quran lebih tinggi nilainya dari kendaraan yang mewah serta fatamorgana. Ahlul Quran menjadi orang-orang khusus di sisi Alloh Mereka naik ke tingkatan surga sesuai dengan akhir bacaan yang mereka baca. Mampukah kaum muslimin memperoleh keutamaan itu semua, atau bahkan mereka menghinakan Al Quran dengan melakukan bidah-bidah yang tercela, ataukah seperti orang Syiah Rofidloh yang terus menerus membikin tipu daya? Demikian pula para imam yang mendapat kedudukan yang mulia, lalu melalaikan bacaan yang benar, serta kaidah yang ada bahkan Al Fatihah yang menjadi rukun sholatpun masih banyak kesalahan dalam membacanya. Insya Alloh, buku di hadapan anda ini menjelaskan permasalahan itu semua. Mudah-mudahan Alloh membimbing kaum muslimin kepada jalan yang diridloi-Nya.

Rabu, 15 Juli 2009

Mantan Kyai NU Meluruskan Ritual-ritual Kiai Ahli Bidah yang dianggap Sunnah

Penulis : H. Mahrus Ali

Editor : Arif Mustaqim

Penerbit : Laa Tasyuk!
Ada Ritual Kyai yang Membahayakan Aqidah Ummat!!
Keadaan yang sudah buruk ini apalagi ditambah dengan merebaknya ritual-ritual para kiai ahli bid'ah yang dianggap sunnah dan diperparah lagi oleh sikap MUI dan ULAMA NU itu sendiri yang mendiamkan atas penyimpangan tersebut, karena mereka takut jabatannya lengser atau popularitasnya pudar serta tak ingin kehilangan muka, meski harus mendapat murka dari Allah. Sudah menjadi kewajiban bagi semua Ulama, apalagi sang Mantan kiai NU. Dengan mohon pertolongan kepada Allah, penulis berupaya sekuat tenaga untuk meluruskan berbagai bentuk kekeliruan di lingkungan keluarga, santri dan jami-iyahnya, yang sering dilakukan oleh para tokoh umat atau kiai dalam menjalankan ritual-ritual tersebut, padahal tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Penulis menyajikan masalah tersebut secara terperinci dan aktual, dilengkapi dalil dari al-Quran, as-Sunnah yang shohih dan kitab-kitab referensi dari 4 (empat) Imam Madzhab serta fatwa para Ulama Mutaqoddimin dan Mutaakhir. Setelah menelaah dan merenungkan kandungan isi buku ini, Insya Allah anda akan melihat banyaknya Ritual tersebut yang kita anggap baik dan sesuai sunnah, ternyata keliru dan tak punya dalil yang shohih. Sekedar contoh yang sering kita amalkan: Peringatan Nisfu Syaban, Rebo Wekasan, Tingkepan, Selapanan, Puasa Rejeb dan lain-lain, banyak orang yang merasa kurang afdhol dan dikucilkan jika mereka tidak melakukan ritual-ritual tersebut. Kita hanya bisa berlindung kepada-Nya dari kejelekan amalan-amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah. Kami menyadari bahwa tulisan Mantan KIAI NU, adik dari KH. Mujadi Pimpinan PP. KH. Mustawa, Sepanjang atau menantu Kiai Imam Hambali (nyantri langsung kepada Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asyari/Pendiri NU) dan adik ipar KH. Hasyim Hambali Pimpinan PP. Asy-Syafiiyah, dan juga adik ipar dari KH. Abdullah Ubaid Pengasuh-PP. Mambaul Quran, Tambak Sumur Waru-Sidoarjo ini, jauh dari kesempurnaan, Sekaligus menanti adanya saran dan kritik yang membangun tentunya harus berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah yang shohih dalam bimbingan pemahaman salaful ummah.