Jumat, 31 Juli 2009

Taaruf dulu Baru Menikah

Penulis : Abu Umar Bayier

Penerbit : Fata Media

Taaruf atau Pacaran ??
Menikah tanpa pacaran lebih dulu masih dianggap aneh oleh banyak orang. Pacaran masih dianggap banyak orang sebagai proses pengenalan calon pasangan hidup sebelum menikah. Islam bukannya mengharamkan proses pengenalan calon pasangan hidup sebelum menikah. Islam bahkan mensyariatkan pengenalan calon pasangan hidup sebelum menikah. Akan tetapi, proses pengenalan itu dilakukan melalui proses yang lazim disebut taaruf, bukannya melalui pacaran. Taaruf Dulu Baru Menikah menjabarkan proses pengenalan calon pasangan hidup sebelum pernikahan. Buku ini mengupas pernak-pernik taaruf, kesalahan penerapannya yang masih banyak terjadi, dan kritik atas praktik taaruf yang banyak dilakukan aktivis muslim. Taaruf Dulu Baru Menikah membuat Anda menjadi yakin menjalani proses pengenalan calon pasangan hidup Anda, sehingga saat memasuki pernikahan, Anda dan pasangan Anda pun memasukinya dengan penuh cinta.

Selasa, 28 Juli 2009

Empat Langkah Membaca dan Menerjemah Kitab Gundul

Pengarang: Abu Hilya Salsabiila-pak Normal
Penerbit : Ukhuwatuna

Belajar Bahasa Arab dengan Mudah

Komentar Pembaca:''Buku Empat Langkah Membaca dan Menerjemah Kitab Gundul ini benar-benar menyajikan cara belajar bahasa Arab yang mudah dan sistimatis''. Sugiyarno (Karyawan PT. SHARP SEMICONDUCTOR INDONESIA KARAWANG) ''Buku ini memuat pendekatan rumus. Belajar Bahasa Arab menjadi lebih mudah dan lebih bersemangat, serta dapat menghilangkan kesan bahwa bahasa arab itu sulit''. Ari Priana (Guru di Bekasi) ''Menurut Ana/aku buku ini memaparkan metode yang baru namun sangat cepat membantu dalam proses memahami kaidah bahasa arab".Haroza Andeska (Karyawan SPBU) ''Ana ingin metode pembelajaran ini benar - benar diperluas sehingga teman teman Ana dan kaum muslimin pada umumnya dapat menjadikan bahasa Arab ini sebagai tolak ukur muslim seutuhnya insya Allah''. Andri Sugianto (Karyawan PT. CAKRA KG )

Minggu, 26 Juli 2009

HUKUM LAGU, MUSIK, DAN NASYID

Penulis : Yazid Abdul Qodir Jawaz
Penerbit: Pustaka at-Taqwa

Manusia juga butuh hiburan tetapi...

Lagu dan musik setiap hari diperdengarkan, dimainkan, dan disenandungkan oleh hampir setiap orang. Mulai dari anak-anak (balita) sampai kakek-kakek dari nenek-nenek (para manula). Bukan hanya mereka, para kiyai, ustadz, dan dai pun ada yang ikut andil asyik bernyanyi. Bahkan ada diantara mereka yang berdakwah dengan perantaraan lagu dan musik. Sebenarnya bagaimanakah hukum mendengarkan lagu dan memainkan alat musik itu sendiri? Apakah lantaran para kiyai, ustadz, dan dai ikut melakukannya, maka hal itu menjadi sebuah dalil tentang boleh dan halalnya lagu dan musik? Tulisan ringkas berikut ini memuat dalil-dalil dari AI-Qur-an dan As-Sunnah tentang hukum lagu dan musik menurut syari'at Islam, disertai penjelasan dari para ulama Ahlus Sunnah tentang masalah ini dan dampak negatif dari lagu dan musik itu sendiri. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca sekalian. Selamat membaca dan meraih ilmu yang bermanfaat di dalamnya...

Minggu, 19 Juli 2009

Panduan Praktis Tajwid dan Bidah-bidah Seputar al-Quran

Penulis : al-Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashory

Penerbit: Darul Atsary

Membaca Al-Quran dengan Ejaan yang Baik dan Benar

Al-Quranul Karim sebagai mujizat terbesar bagi kaum muslimin yang merupakan sumber segala ilmu, baik aqidah, fiqih, nahwu, dan penjelas serta pembantah bagi orang yang berbuat durhaka. Bahkan menjadi obat dan rahmat yang tiada tara. Keutamaannya telah Rosululloh shalallahu alaihi wa salam sebut dalam mutiara hadits-haditsnya : Mereka adalah penghuni surga bersama para Malaikat yang taat dan mulia. Satu huruf nilai pahalanya digandakan oleh Allah shalallahu alaihi wa salam melebihi sepuluh bahkan tujuh ratus kali lipat. Satu ayat Al Quran lebih tinggi nilainya dari kendaraan yang mewah serta fatamorgana. Ahlul Quran menjadi orang-orang khusus di sisi Alloh Mereka naik ke tingkatan surga sesuai dengan akhir bacaan yang mereka baca. Mampukah kaum muslimin memperoleh keutamaan itu semua, atau bahkan mereka menghinakan Al Quran dengan melakukan bidah-bidah yang tercela, ataukah seperti orang Syiah Rofidloh yang terus menerus membikin tipu daya? Demikian pula para imam yang mendapat kedudukan yang mulia, lalu melalaikan bacaan yang benar, serta kaidah yang ada bahkan Al Fatihah yang menjadi rukun sholatpun masih banyak kesalahan dalam membacanya. Insya Alloh, buku di hadapan anda ini menjelaskan permasalahan itu semua. Mudah-mudahan Alloh membimbing kaum muslimin kepada jalan yang diridloi-Nya.

Rabu, 15 Juli 2009

Mantan Kyai NU Meluruskan Ritual-ritual Kiai Ahli Bidah yang dianggap Sunnah

Penulis : H. Mahrus Ali

Editor : Arif Mustaqim

Penerbit : Laa Tasyuk!
Ada Ritual Kyai yang Membahayakan Aqidah Ummat!!
Keadaan yang sudah buruk ini apalagi ditambah dengan merebaknya ritual-ritual para kiai ahli bid'ah yang dianggap sunnah dan diperparah lagi oleh sikap MUI dan ULAMA NU itu sendiri yang mendiamkan atas penyimpangan tersebut, karena mereka takut jabatannya lengser atau popularitasnya pudar serta tak ingin kehilangan muka, meski harus mendapat murka dari Allah. Sudah menjadi kewajiban bagi semua Ulama, apalagi sang Mantan kiai NU. Dengan mohon pertolongan kepada Allah, penulis berupaya sekuat tenaga untuk meluruskan berbagai bentuk kekeliruan di lingkungan keluarga, santri dan jami-iyahnya, yang sering dilakukan oleh para tokoh umat atau kiai dalam menjalankan ritual-ritual tersebut, padahal tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Penulis menyajikan masalah tersebut secara terperinci dan aktual, dilengkapi dalil dari al-Quran, as-Sunnah yang shohih dan kitab-kitab referensi dari 4 (empat) Imam Madzhab serta fatwa para Ulama Mutaqoddimin dan Mutaakhir. Setelah menelaah dan merenungkan kandungan isi buku ini, Insya Allah anda akan melihat banyaknya Ritual tersebut yang kita anggap baik dan sesuai sunnah, ternyata keliru dan tak punya dalil yang shohih. Sekedar contoh yang sering kita amalkan: Peringatan Nisfu Syaban, Rebo Wekasan, Tingkepan, Selapanan, Puasa Rejeb dan lain-lain, banyak orang yang merasa kurang afdhol dan dikucilkan jika mereka tidak melakukan ritual-ritual tersebut. Kita hanya bisa berlindung kepada-Nya dari kejelekan amalan-amalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah. Kami menyadari bahwa tulisan Mantan KIAI NU, adik dari KH. Mujadi Pimpinan PP. KH. Mustawa, Sepanjang atau menantu Kiai Imam Hambali (nyantri langsung kepada Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asyari/Pendiri NU) dan adik ipar KH. Hasyim Hambali Pimpinan PP. Asy-Syafiiyah, dan juga adik ipar dari KH. Abdullah Ubaid Pengasuh-PP. Mambaul Quran, Tambak Sumur Waru-Sidoarjo ini, jauh dari kesempurnaan, Sekaligus menanti adanya saran dan kritik yang membangun tentunya harus berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah yang shohih dalam bimbingan pemahaman salaful ummah.

Selasa, 14 Juli 2009

Mantan Kyai NU Bongkar Habis Kasidah Syirik yang Bersarang di LingKungannya

Penulis : H. Mahrus Ali

Editor : Arif Mustaqim

Penerbit : Laa Tasyuk!

Ibadah Penuh Hanya dengan Rasa Cinta Berarti Benar Menurut Syariat??!!

Pada saat ini, ritual Burdahan, Diba'an serta Qasidahan telah disosialisasikan oleh orang-orang yang tidak takut dengan adzab Allah Mereka lebih takut kewibawaan serta popularitasnya luntur dan tidak diakui lagi oleh santri dan jamiahnya. Bahkan akhir-akhir ini menjadi ritual wajib dalam acara-acara : MAULID NABI Muhammad, Pesta Perkawinan, Berangkat & Pulang Haji, Kelahiran Anak, Aqiqoh, Khitanan, Pindah Rumah dll. Subhanallah ! Andaikan para Kiai, Habaib dan Ustadz serta juga Tokoh Ummat mau menyadari dan faham betul arti dan makna yang terkandung dalam Syair-Syair Qasidah Cinta yang berlebihan yang ditujukan kepada Rasulullah dan para Aulia (kekasih Allah) itu banyak berlumuran dengan kalimat-kalimat Syirik dan kufur kepada Allah . Dan andaikan beliau juga mau Jujur dan mau menjelaskan hal yangsebenarnya apa yang telah terlanjur diajarkan kepada para santri khususnya dan jami'ah pada umumnya, niscaya Umat Islam khususnya di Indonesia akan terbebas 100% (seratus prosen) dari ajaran-ajaran Tahayul, Bidah, Kurafat, Syirik dan kufur kepada Allah , Insya Allah mereka pasti akan beramaliah dan beribadah sesuai dengan apa yang telah dituntunkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah yang shohih. Kiprah H. Mahrus Ali ini perlu didukung, karena Beliau berani menentang arus budaya yang telah mengakar pada keluarga besar dan komunitasnya, yang dengan ini beliau siap menerima konsekwensi ditinggalkan Kiai, Santri dan Jamiahnya, Bahkan dianggap Stress dan Gila oleh tetangga dan kerabatnya, serta siap meletakkan gelar Kiai dan rela mendapat gelar baru Mantan Kiai.

Senin, 13 Juli 2009

Mantan Kyai NU Membongkar Praktek Syirik (Kiai, Habib dan Gus Ahlul Bid'ah)

Penulis : H. Mahrus Ali

Editor : Arif Mustaqim

Penerbit : Laa Tasyuk!

Ketika Amalan Sunnah dianggap Bid'ah dan Bida'ah dianggap Sunnah

Sosok sang Kiai, Habib dan Gus adalah sosok seorang pemimpin dan panutan ummat, segala tindak tanduknya, baik ucapan maupun perbuatannya akan selalu dijadikan contoh dan teladan bagi ummatnya. Sehingga jika Kiai, Habib dan Gus salah dalam praktek amaliah harus ada yang berani mengkoreksi dan bukan malah membiarkan prakteknya diperjuangkan dan dilindungi, sehingga banyak orang yang mengkultuskannya dan menganggap sang Kiai, Habib dan Gus sebagai sosok yang maksum, bahkan dianggap Wali yang serba tahu tentang hal-hal ghaib, sehingga apa yang dikatakan dan diajarkan diterima langsung tanpa reserve CdTnilai baik buruknya, sesuai tidaknya dengan ajaran al-Qur'an dan Sunnah Nabi shalallahu alaihi wa salam yang shohih). Sungguh Fenomena tersebut banyak kita jumpai dimana mana, baikdi kota-kota besar maupun di desa-desa terpencil. Orang awam sampai cendekiawan, dari kalangan Artis sampai Presiden tidak berani pergi ke dukun karena takut syirik. Namun kalau sowan ke Kiai, Habib dan Gus, nyuwun barokah katanya dan menanyakan hal-hal yang dihajatkan dan masalah-masalah yang dihadapinya tidak mengapa, bahkan dianggap sebagai amal kebaikan dan berpahala. Anehnya pula sang Kiai, Habib dan Gus yang banyak dikunjungi orang yang menanyakan masalah dalam hal-hal ghaib: ''aji pengasih, jodoh, kesembuhan, kekebalan, nasib, pelaris, pangkat, jabatan dan lain lain'' tidak menyampaikan bahwa apa yang ditanyakan bukan hak dan wewenangnya. Mereka malah menjadi GR dan memberikan ritual dan amaliah yang tidak dituntunkan dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi Shalallahu alaihi wasalam yang shohih, bahkan mengarah kepada kesyirikan dan kufur kepada Allah, Subhanallah!