Rabu, 31 Oktober 2007

Buku Islam : Cara Mudah Membaca Al Quran Sesuai Kaidah Tajwid

Penulis: Abu Yahya as-Syilasyabi(pentashih)
Penerbit : Daaru Ibnu Hazm

Membaca Al Quran banyak keutamaannya, disamping besar pula pahalanya. Sangat rugi bila kita meninggalkan aktivitas berpahala tersebut karena kesibukan duniawi yang melenakan. Waktu yang diberikan Allah kepada kita sangat banyak, asal kita punya kemauan untuk memberikan sedikit waktu untuk membaca Al Quran tentu kita akan sanggup melakukannya. Nikmati indahnya firman Allah dengan membaca Al Quran secara rutin. Kekeringan dan kehausan hati akan terobati dengannya. Meski demikian, ada hal yang tak boleh kita lakukan saat membaca Al Quran. Benar, membaca Al Quran ada kaidah dan aturannya, yang dinamakan dengan kaidah tajwid. Para quro' bersepakat bahwa membaca Al Quran dengan tajwid, hukumnya adalah wajib. Terus bagaimana caranya belajar tajwid itu. Nah, buku ini salah satu solusinya.

Buku ini hadir dalam rangka membantu setiap pembaca Al Quran memenuhi kewajiban tersebut. Memang benar, ilmu tajwid bisa didapatkan dengan banyak jalan belajar. Karenanya, buku ini hanya salah satu metode saja yang digunakan untuk mempelajarinya. Buku ini menyuguhkan metode yang memudahkan untuk mempraktekkan kaidah tajwid. Karenanya buku ini dilengkapi dengan Juz Amma, demi memperkaya kemampuan praktek dari teori tajwid yang ditampilkan pada lembaran-Iembaran awal. Kekuatan buku panduan membaca Al Quran ini adalah pada penyajian kaidah tajwid dalam bentuk berwarna. Satu kaidah dibedakan dengan kaidah yang lain dengan warna yang berbeda. Sehingga ketika kita membaca Juz Amma yang ada di bagian belakang buku ini, kita relatif lebih mudah mcmbacanya dengan tajwid yang benar karena adanya petunjuk warna tersebut.

Kelebihan lain yang ditambahkan pada buku ini adalah penulisan ayat-ayatnya menggunakan Mushaf Utsmani sekaligus dilengkapi dengan terjemahan dan catatan kaki. Bagi kita yang ingin mendengar dan melihat contoh penggunaan kaidah tajwid, ada VCD murottal anak edisi tajwid-isi 2 CD plus buku petunjuk- yang dipandu oleh Syeikh Muhammad Siddiq Munsyawi. Belajar tajwid, jadi lebih mudah!(dari majalah el-fata volume 7 no 11)

Kamis, 25 Oktober 2007

Buku Islam : Imam Syafi'i Menggugat Syafi'iyah

Penulis : Abu Umar Basyir

Penerbit: Rumah Dzikir Sukoharjo

Imam Syafi'i Menggugat Syafi'iyah

Ada tanda tanya besar saat membaca judul sampul buku ini. Imam Syafi'i menggugat Syafi'iyyah., Benarkahemikian? Mengapa Imam Syafi'i menggunggat para pengikut madzhabnya sendiri? Dalam masalah apa Imam Syafi'i menggugat pengikutnya? Bahkan sebelum mengajukan berbagai pertanyaan di atas, sebagian orang bahkan bertanya lebih awal, apa beda antara syafi'i dengan syafi'iyah. Pertanyaan terakhir ini mungkin muncul lebih banyak, jika buku ini sampai ke tangan pembaca yang awam. Sahih, sebagian besar umat Islam di Indonesia dan beberapa penduduk rumpun Melayu menyatakan diri sebagai pengikut Imam Syafi'i, seorang ulama ternama. Namun ternyata, pengakuan memang kadangkala bertolak belakang dengan kenyataan.

Mana dan apa saja yang bertolak belakang? Walau sebagiannya saja yang disebutkan dalam buku ini, tapi insyaallah bisa menjadi pondasi awal berpikir kritis pada aktivitas keagamaan yang selama ini digeluti.sumber: Majalah el-fata 11 volume 6

Buku Islam : Mantan Kiai NU Menggugat Praktek Syirik Kiai, Habib dan Gus

Penulis : KH. Mahrus Ali

Editor : Aboeya Arimoesta

Penerbit : Laa Tasyuk!

BEDAH AZIMAT SANG KYAI

Bedah azimat, mungkin itu kalimat yang pasti dilontarkan untuk buku yang satu ini. Bagaimana tidak, sejak awal, pembaca akan disuguhi beragam azimat yang sering digunakan oleh beberapa kalangan umat Islam di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, azimat-azimat tadi langsung digali dari sumber utamanya seperti kitab Syamsyul Maarif dan Al Aufaq. Wow, kitab berbahasa arab? Ya, mungkin sebelumnya, yang terbayang di benak kita, azimat adalah sesuatu yang melekat pada dukun atau paranormal yang jauh dari air wudlu, dan shalat. Namun pandangan tersebut tidak seluruhnya benar. Ternyata, azimat pun tak jarang digunakan oleh mereka yang dekat dengan shalat, bahkan berpenampilan agamis dengan sorban maupun songkok. Lebih parah lagi, barang haram ini (tidak cuma narkoba), lekat dengan mereka yang ditokohkan dalam agama.

Tentu realitas ini menyihir banyak kaum awam ataupun santri yang begitu taat, sendiko dawuh, dengan orang yang ditokohkan. Dalih bahwa azimatnya diambil dari Al Quran, berbahasa Arab, ditulis dengan doa-doa dan dzikir yang berbahasa Arab, diperoleh dengan lelaku puasa, shalat malam dan sebagainya mungkin bisa juga dijadikan pembclaan. Namun itu semua hanyalah dalih yang tak ada dasarnya dari Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad shallahu'alihi wasalam. Pun penggunaan jimat tersebut tak pernah dipraktekkan oleh generasi umat Islam pertama, generasi terbaik. Kalau seandainya perbuatan tersebut baik, pastilah mereka yang pertama kali mempraktekkannya. Azimat berbau arab inilah yang dikupas dan dibedah dalam buku ini. Semua azimat tadi syirik, bertentangan dengan akidah yang lurus, atau minimalnya mengarah kepada hal-hal yang berbau syirik.

Penulis mencoba mementahkan dan mengungkapkan kekeliruan isi azimat dan penggunaannya dengan mengetengahkan dalil-dalil dari Al Quran dan Hadits. Buku ini tak melulu berisi bongkar-bongkaran azimat saja, tapi juga mengangkat kisah-kisah nyata seputar azimat, para kiai dan para pengguna azimat yang pernah diketahui atau didengar oleh penulis. Kisah-kisah yang boleh jadi akan membangkitkan keheranan, senyuman atau kernyitan di dahi pembaca. Tentu saja, tidak semua kiai identik dengan azimat, bahkan ada kiai yang tak suka azimat. Semoga saja kiai yang tidak suka dengan azimat dan rajah begini jumlahnya semakin banyak di Indonesia. Buku ini ditulis dengan gaya yang cukup meledak-ledak sehingga bisa mengenyahkan rasa jemu dalam membaca. Sudahlah, silakan buktikan sendiri saja. (Azka) sumber:El-Fata 10 Volume 7