Rabu, 20 Februari 2008
DAHSYATNYA SURAT AL-KAHFI
Penerbit : Mumtaza
Fadhilah Amal Surat Al-Kahfi
Kiamat sudah dekat. Dajjal pun makin mendekat. Genggam senjatamu erat-erat, untuk
menangkis fitnah Dajjal yang dahsyat. Membaca ayat-ayat pembuka atau penutup surat Al-Kahfi bisa menjadi senjata ampuh penangkal Dajjal. Jangan lewatkan buku 'dahsyat' ini! …
"Hal itu karena di awal surat Al-Kahfi terdapat berbagai keajaiban dan tanda-tanda kekuasaan Alloh. Siapa saja yang mentadabburinya (merenunginya), maka ia tidak akan terkena fitnah Dajjal. Demikian juga di akhir surat Al-Kahfi..." komentar dari Imam Nawawi rahimakumullah
"Tak diragukan lagi, bahwa surat Al-Kahfi memiliki sesuatu yang agung... Untuk itu, seyogyanya bagi setiap muslim untuk bersemangat membaca surat Al-Kahfi, menghafalnya dan mengulang-ulangnya, khususnya di hari Jumat…"berkata Yusuf bin Abdillah Al-Wabil(pengarang buku Asyrotu Saah/tanda-tanda hari kiamat)
"Disunnahkan membaca surat Al-Kahfi, khususnya pada hari Jumat. Karena, di dalamnya terdapat banyak keajaiban dan tanda-tanda kekuasaan Alloh, seperti kisah ashabul kahfi, kisah Nabi Musa dan Khidhir, dan kisah Dzulqornain. Hal itu dengan izin Alloh akan berguna untuk menghadapi fitnah Dajjal…." tulis Syaikh Said Abdul Azhim.
Senin, 04 Februari 2008
Buku Islam : Mantan Kyai NU Menggugat Tahlilan, Istighosahan dan Ziarah Para Wali
Penulis : H. Mahrus Ali
Editor : Arif Mustaqim
Penerbit : Laa Tasyuk!
SEKALI LAGI TENTANG TAHLILAN
Baca dulu yang satu ini.......
Mana dalilnya? Kok enak saja ngomongin tahlilan, selamatan dan ziarah wali, dikatakan bidah. Itukan hanya omongan orang-orang yang anti tahlilan. Coba!!! tunjukkan mana yang salah dalam amalan kami ini? Dzikir-dzikir yang dibacakan banyak dari ayat al-Quran dan meng-Agungkan nama Allah , bukan mantra-mantra, gitu kok dikatakan bid'ah!!!
Lihat keberhasilan dakwah kami, yang begitu menyentuh hati sehingga banyak umat yang simpati, dari kalangan awam sampai cendekiawan bahkan kalangan istana pun ikut-ikutan latah! Bukan seperti dakwah mereka yang bisanya hanya membidahkan dan memojokkan golongan orang yang doyan tahlillan, bahkan menegaskan akan masuk ke dalam neraka. Coba lihat, buku-buku mereka yang anti tahlilan, intinyakan hanya bisa menggugat dan mengkritik amaliah-amaliah kami yang populer dan sudah mengakar di hati umat ini! Judulnya pun banyak yang membingungkan dan memecah belah persatuan antar umat, diantaranya: Tahlil dan Selamatan Menurut Madzhab Syafii, Yasinan, Tahlillan dan Selamatan. Itukan hasyud dan iri hati dengan kesuksesan dakwah kami….(sementara ditutup dulu kalimat-kalimat tadi)
Namun bagaimana jika yang menggugat semua amalan yang bid ah, syirik dan kufur kepada Allah tersebut adalah seorang mantan KIAI sang pelaku bid ah itu sendiri. Yang pasti doyan dengan tahlilan, selamatan, istighosahan dan ziarah wali atau ke tempat-tempat yang dianggap keramat. Tentunya Pak KIAI ini dengan membawa dalil dari al-Quran dan as-Sunnah yang shohih, bukan asal-asalan dan nglantur asal ngomong yang tidak berdalil. Apakah ada yang masih tak percaya? Bahwa semua amaliah yang mereka kerjakan tersebut bid'ah dan tertolak yang harus ditinggalkan dan dijauhi sejauh-jauhnya!
Generasi sekarang sudah waktunya untuk senantiasa belajar agama kepada ahli hadits yang shohih dan harus berani menolak tuntunan atau ajaran yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam , bukan malah latah ikut-ikutan orang sesat yang menyesatkan. Kalau bukan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam , siapa lagi teladan kita? Apa mbah? Kiai? Ustadz? Habib atau orang yang kita anggap alim? Agar amaliah yang kita kerjakan dari usia baligh sampai tua tidak sia-sia belaka, dan kita tidak akan kecewadi akhirhayat nanti.
Sungguh apa yang dipaparkan oleh Mantan KIAI NU dalam buku ini. tidak berlebihan dan mengada-ada. la begitu jelas dan gamblang. Disertakan juga hadits-hadits yang shohih dan kitab referensi mulai dari Imam Syafii sebagai panutan mayoritas umat Islam di Indonesia, sampai para ulama Saudi yang pasti tingkat ketauhidannya sudah diakui oleh seluruh ulama dunia.
buku ini diberi pengantar H. Abdul Rahman anggota Tim Penasehat MUI Pusat periode 2005-2010)